Subscribe:
  • Tulisan

    Sedikit kutipan catatan kecil yang semoga bisa meng-inspirasi anda.

  • Belajar

    Berbagi itu indah.
    Sedikit berbagi tentang ilmu yang saya ketahui.

  • My Game

    Game favorit saya dan para gamers semua. :D

Sabtu, 15 September 2012

Sang Juara


Suatu ketika , ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan meraka memamerkan setiap mobil yang dimiliki . Semuanya buatan sendiri , sebab memang begitulah peraturannya.
Ada seorang anak bernama Mark . mobil nya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final .Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna . Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobilitu untuk berpacu melawan mobil lainnya .

Yah ,memang, mobil itu tak begitu menarik . Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya , tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya . Namun, Mrak banggadengan itu semua , sebab ,mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mondorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.

Namun, sesaat kemudian Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit sperti berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian ia berkata, “Ya, aku siap!”.

Dor. Tanda telah di mulai. Dengan satui hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing “Ayo..ayo…cepat..cepat,. maju…maju”, begitu teriak mereka. Ahha… sang juara harus di tentukan, tali lintasan pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga mark. Ia berucap lagi dan berkomat-kamit lagi dalam hati. “Terima Kasih”.

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga sebelum piala itu di serahkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan, kamu pasti tadi berDoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?”. Mark terdiam. “Bukan, pak, bukan itu yang aku panjatkan” kata Mark.

Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. Aku hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah.” Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

0 komentar:

Posting Komentar